Kurikulum IT di Indonesia, tepat gunakah? Onno W. Purbo Tanggal 5 Mei 2004, saya berkesempatan memberikan ceramah di UKRIDA Jakarta berkisar tentang pendidikan IT di Indonesia yang di hadiri oleh sekitar seratusan peserta yang di dominasi oleh banyak mahasiswa UKRIDA. Di lanjutkan pada tanggal 8 Mei 2004, saya berkesempatan untuk memberikan workshop sehari penuh tentang Linux server dan teknik hacking di Politeknik Komputer Niaga LPKIA Bandung yang di hadiri oleh sekitar 1000 (seribu) peserta kebanyakan dari mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bandung. Pengalaman saya beberapa kali di undang memberikan ceramah oleh Politeknik Komputer Niaga LPKIA sebetulnya sangat menarik, karena hampir selalu menghadirkan peserta dalam jumlah ribuan orang. Tidak pernah ada lembaga di Indonesia yang berhasil mengorganize seminar atau workshop secara konsisten setiap tahun dan menghadirkan peserta dalam jumlah ribuah orang, kecuali LPKIA Bandung. Yang menarik, peserta seminar sangat antusias sekali dan bentuknya selalu workshop bukan seminar biasa. Di UKRIDA Jakarta saya berkesempatan memberikan icip-icip tentang WiFi (2.4GHz) dan VoIP, tentunya dengan teknik dan trick cara membypass Telkom dan membuat infrastruktur telekomunikasi sendiri berbasis Internet. Saya sempat di kerubungi oleh para mahasiswa UKRIDA yang sangat tertarik sekali dengan teknik WiFi 2.4GHz yang selama ini hanya mereka dengar dari media massa saja. Ternyata teknik WiFi 2.4GHz tidaklah sukar, tidak sesukar yang mereka bayangkan karena peralatannya sudah sangat mudah diperoleh di pasaran. Sedang di Politeknik Komputer Niaga LPKIA Bandung, saya berkesempatan memberikan berbagai hal yang berkaitan dengan Linux baik bagi pemula, seperti penggunaan OpenOffice, hingga Linux bagi administrator system, seperti cara mengadministrasi server di Linux, yang di akhiri dengan teknik hacking yang sederhana. Dari reaksi dan diskusi yang diperoleh dari peserta sebetulnya ada banyak hal yang dapat kita tarik kesimpulan. Yang paling menarik adalah ternyata ilmu dan informasi yang saya berikan di dua (2) kesempatan seminar maupun demo / workshop tersebut tidak di peroleh di bangku kuliah para mahasiswa tersebut. Tidak ada dalam kuliah yang menerangkan detail teknik WiFi 2.4GHz secara sederhana beserta teknik membuat infrastruktur telekomunikasi sendiri menggunakan VoIP. Tidak ada dalam kuliah yang menerangkan tentang cara penggunaan Linux baik yang sederhana maupun untuk server, apalagi teknik hacking untuk melakukan serangkan pada server di jaringan komputer maupun teknik-teknik untuk bertahan mengamankan server di jaringan. Jelas teknik-teknik yang dijelaskan selama seminar maupun workshop di atas ternyata amat sangat menarik bagi para peserta mahasiswa. Di samping itu semua materi relatif baru sifatnya. Yang lebih gila-nya semua materi tersebut sebetulnya terbuka lebar di Internet bagi mereka yang suka membaca berbagai informasi tentang WiFi, VoIP, Linux dan hacking di Internet. Yang menjadi kekecewaan banyak mahasiswa adalah "jadi kuliah yang selama ini diberikan ternyata sangat mengawang-awang, tidak membumi" tidak di bekali oleh hal-hal yang sifatnya nyata, pengalaman di lapangan / di Internet yang justru akan sangat bermanfaat bagi para lulusan untuk memulai karir-nya di dunia kerja. Sebagian mahasiswa barangkali malah berfikir mereka merasa di rugikan bahwa telah membayar mahal uang sekolah, tapi tidak memperoleh ilmu yang bermanfaat untuk terjun ke dunia kerja setelah lulus. Yang menjadi pertanyaan terutama di tujukan kepada para dosen, maupun pembantu rektor bidang akademis - tampaknya anda-anda perlu memikirkan kembali sebetulnya apa sih yang di tuju dari pendidikan yang anda berikan kepada para peserta didik? Apakah teori-teori yang diberikan cukup membumi? Dan dapat digunakan untuk bekerja? Tegakah anda untuk terus berlindung di balik kedok-kedok keilmuan untuk tidak menyentuh, tidak mengajarkan ilmu praktis yang berkembang di Internet dan justru lebih bermanfaat bagi para mahasiswa di dunia kerja? Pertanyaan yang lebih mendasarnya - sebetulnya berapa persenkah dosen IT di perguruan tinggi yang betul-betul menguasai ilmu praktis yang ada di lapangan? Bukan sekedar ilmu-ilmu teoritis yang ada di text book saja.