Sejarah
Home Up TOC

Welcome to the ORARI official website managed by ORARI Headquarters

Home
Up

 

Cuplikan kilas balik perjalanan sejarah
kegiatan amatir radio di Indonesia
 

Pada tahun 1925, Prof.Dr.Ir. Komans-Netherland dan Dr.Ir. De Groot-Batavia, berhasil melakukan komunikasi radio dengan menggunakan stasiun relay di Malabar. Kejadian ini kemudian diikuti dengan berdirinya Batavia Radio Vereniging dan NIROM.

Pada tahun 1930 yaitu pada masa pemerintahan Hindia Belanda (Nederland Indies) amatir radio di Indonesia telah membentuk organisasi yang menamakan dirinya NIVERA(Nederland Indische Vereniging Radio Amateur) yang merupakan organisasi amatir radio pertama di Indonesia dengan beranggotakan karyawan dan tehnisi PTT. Berdirinya organisasi ini disahkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada periode antara tahun-tahun 1933 s.d 1943, PK2MN seorang anggota bumiputera NIVERA mendirikan Solosche Radio Vereniging yang disusul oleh anggota bumiputera NIVERA lainnya dengan mendirikan organisasi sejenis seperti MARVO, CIRVO, VORO, VORL dan lainnya. DI tahun 1937 lahirlah Persatoean Perikatan Radio Ketimoeran (PPRK).

Tercatat pula beberapa nama perintis kegiatan amatir radio di Indonesia di antaranya:

bullet

Rubin Kain, dengan callsign terakhir YB1KW, mendapat lisensi pertama kali tahun 1932, dan meninggal(silent key) di tahun 1981,

bullet

B. Zulkarnaen, dengan callsign terakhir YBØAU, mendapat lisensi pertama kali tahun 1933, dan meninggal di tahun 1984.

Pada masa penjajahan Jepang, tidak banyak catatan kegiatan amatir radio yang dapat dihimpun. Kegiatan ini dilarang oleh pemerintah jajahan Jepang namun banyak di antaranya yang melakukan kegiatannya di bawah tanah dalam upaya mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Di tahun 1945 tercatat seorang amatir radio, Gunawan-YBØBD, yang memancarkan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan perangkat pemancar radio revolusioner yang sederhana dan merupakan buatan sendiri. Layanan ini sangat dihargai Pemerintah Indonesia sedangkan radio milik YBØBD tersebut merupakan peralatan yang tidak ternilai harganya bagi sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia dan sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia.

Pada akhir tahun 1945 sudah ada sebuah organisasi yang menamakan dirinya PRAI(Persatoean Radio Amatir Indonesia). Dan pada periode tahun 1945 s.d 1949 banyak para amatir radio muda yang membuat sendiri perangkat radio transceiver yang dipakai untuk berkomunikasi antara P.Jawa dan P.Sumatera dimana Pemerintah Sementara Republik Indonesia berada. Di antara tahun 1945 dan tahun 1950 amatir radio juga banyak berperan sebagai Radio Laskar.

Di akhir bulan Desember 1949, saat penyerahan kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada Republik Indonesia Serikat, semua kegiatan-kegiatan dihentikan dan dibubarkan. Pada periode tahun  1950 s.d 1952 amatir radio Indonesia membentuk PARI(Persatuan Amatir Radio Indonesia). Namun di tahun 1952, karena memandang situasi di tanah air tidak memungkinkan, maka Pemerintah Indonesia mengeluarkan ketentuan bahwa selain pemancar radio milik pemerintah dilarang mengudara dan bagi stasiun yang melanggar dikenakan sanksi subversif. Kegiatan amatir radio terpaksa dibekukan pada kurun waktu antara tahun 1952-1965. Pembekuan tersebut diperkuat dengan UU No.5 tahun 1964 yang mengenakan sanksi terhadap mereka yang memiliki radio pemancar tanpa seijin fihak yang berwenang. Namun di tahun 1966 antusias amatir radio untuk mulai mengudara kembali tidak dapat dibendung lagi.

Di tahun 1966, tepatnya  tanggal 14 Februari - 26 Februari 1966, mengudara radio Ampera yang merupakan sarana perjuangan Kesatuan-kesatuan Aksi dalam perjuangan orde baru. Muncul pula berbagai stasiun radio laskar ampera dan stasiun radio lainnya yang melakukan kegiatan komunikasi dan broadcast. Stasiun-stasiun radio tersebut menamakan dirinya sebagai radio amatir.

Pada periode tahun 1966-1967, di berbagai daerah terbentuklah organisasi-organisasi amatir radio seperti: PARD(Persatuan Amatir Radio Djakarta), PARB(Persatuan Amatir Radio Bandung), PARJ(Persatuan Amatir Radio Jogjakarta).

Khusus mengenai perkembangan organisasi amatir radio di DIY(Daerah Istimewa Yogyakarta) dapat dicatat disini bahwa di tahun 1966 dibentuk PRAJOGJA(Persatuan Radio Amatir Jogjakarta) yang anggotanya cenderung mengadakan layanan broadcast. Tercatat nama Bambang Dewa Bagus-YB2KX yang lebih banyak berkecimpung dalam bidang broadcast telah memulai kegiatannya sejak tahun 1961 mengetuai PRAJOGJA saat didirikan. Pada tanggal 14 Juli 1967 dibentuklah PARI(Persatuan Amatir Radio Indonesia) diketuai Aris Munandar-PK2JA. Pada tanggal 19 Agustus 1967 dibentuk PARJ(Persatuan Amatir Radio Jogjakarta) diketuai Aris Munandar, yang merupakan upaya penggabungan PRAJOGJA dengan PARI. Tanggal 10 Februari 1968 diadakan musyawarah amatir radio se Jateng/DIY di Semarang sebagai hasilnya dibentuk PRAI(Persatuan Radio Amatir Indonesia).

Di tahun 1967,Ketua Dewan Telekomunikasi Republik Indonesia, Dr. Rubiono Kertopati, memanggil amatir radio Indonesia untuk mendapatkan masukan guna merumuskan Peraturan Pemerintah(PP) tentang kegiatan amatir radio di Indonesia. Pada tanggal 30 Desember 1967 dikeluarkan PP No.21 tahun 1967 tentang Radio Amatirisme di Indonesia(Lembaran Negara No.35 tahun 1967, Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara No.2843 tahun 1967).

Tanggal 9 Juli 1968, berdirilah ORARI(Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia) yang pelaksanaan teknis dan administratifnya dijalankan sesuai dengan Surat Keputusan DETELRI(Dewan Telekomunikasi RI) No.004/1968. Pada tanggal itu juga AD/ART ORARI disahkan oleh DETELRI. Selanjutnya tanggal 9 Juli 1968 dinyatakan sebagai Hari lahir ORARI dan Hari amatir radio Indonesia. ORARI Pusat diketuai oleh Marsekal Muda(Marsda) Suwondo-YBØAT. Pada tanggal 8 dan 9 Juli 1975, dilaksanakan kongres ORARI ke II di Jakarta, dan pada hari Rabu tanggal 9 Juli 1975 Kongres mengesahkan AD/ART dengan perubahan nama ORARI(Organisasi Amatir Radio Indonesia). AD/ART ini disahkan DETELRI dengan Surat Keputusan No.020/KPTS/DETEL/RA/1979 tanggal 21 April 1979. Pada tanggal 5 s.d 7 Februari 1982 berlangsung Munas ORARI ke III di Jakarta. Munas ORARI yang terakhir diselenggarakan adalah Munas ke VII yang terselenggara pada tanggal 12 s.d 15 Oktober 2001 di Serpong, Tangerang, Banten. Dalam Munas ke VII tersebut, terpilih sebagai Ketua Umum untuk masa bhakti 2001-2006 adalah MayJen(Purn) H. Harsono-YBØPHM.

 

*) Sumber penulisan artikel:
bullet

Buku paket pembinaan amatir radio Indonesia, disusun oleh YB0AY, YB0EBS, YB0BZZ, YB0PR, sebagaimana diedit dan diredisain oleh YC1FUQ dan terakhir dimuat dalam Buku Panduan Munas ke VII ORARI 2001, Oktober 2001.

bullet

Buku penuntun amatir radio, diterbitkan oleh ODJ Lokal Kramat Jati, April 1983, artikel Perkembangan amatirisme radio di Indonesia, halaman 21 s.d 25.

bullet

Majalah CQ Nusantara No.05 tahun 1984, diterbitkan oleh ORARI Pusat, Agustus 1984, artikel Cukilan sejarah - Pemerintisan ORARI di Yogyakarta, ditulis oleh Musminhad-YB2AE, halaman 9 dan 10.

 

 

Please send your email to info@oraripusat.net  for question and comment about this website.
Copyright @ 2002  ORARI Pusat. All rights reserved.