Industri Perangkat Lunak Komputer Terkonsentrasi di Jakarta Onno W. Purbo Selama tiga tahun (2002 s/d 2005) terakhir saya mengumpulkan data-data tentang industri perangkat lunak komputer & Internet di beberapa kota di Indonesia. Penemuan yang cukup meresahkan adalah konsentrasi yang sangat tidak berimbang dimana 73+ persen dari industri tersebut berada di Jakarta. Kota-kota di Jawa seperti Surabaya, Bandung, Jogyakarta, Semarang masih menunjukan tanda kehidupan dan menguasai hampir sisa (22+ persen) dari total industri yang ada. Sedang kota-kota diluar jawa seperti Palembang, Padang, Makassar tampaknya mati, sedikit kehidupan masih agak tampak di Medan dan Denpasar. Jumlah total perusahaan-perusahaan perangkat lunak tidak banyak hanya sekitar 900 buah saja. Sedang perusahaan Internet di Indonesia mencapai jumlah yang hampir sama. Total sebetulnya mendekati 2000-an perusahaan. Sebetulnya cukup masuk akal jika terjadi konsentrasi perusahaan teknologi informasi di Jakarta, mengingat tingkat persaingan usaha dan tingkat perputaran uang Indonesia yang memang lebih dari 80% berada di Jakarta. Ketidak berhasilan pemerataan ekonomi akan terus berdampak pada kesenjangan usaha teknologi informasi khususnya di luar jawa. Teknik pengumpulan data sangat sederhana, melalui data yang ada di yellow pages yang dapat diakses melalui Web http://www.yellowpages.co.id. Kebetulan yellow pages cukup terstruktur dalam mengkategorikan perusahaan-perusahaan tsb. ke dalam kategori computer consultants, computer internet, computer programming consultants, computer software, computer total solution, multimedia, software, dan web design. Sebetulnya sampai dengan tahun 2003, terdapat kategori yang menarik seperti e-commerce, information technology, internet ? services, internet data, internet portal, dan internet provider. Sayang, record / data dan kategori yang berkaitan dengan Internet tsb sejak tahun 2004 di buang (di delete). Padahal peningkatan drastis tampak di tahun 2003 dalam perusahaan berkategori berkaitan dengan Internet khususnya di kota Bandung dan kota Jogyakarta. Ada sedikit catatan kecil, ternyata e-commerce bukanlah bidang yang menarik, terbukti di tahun 2003 perusahaan yang bergerak di e-commerce menghilang dari listing yellow pages. Hal ini dapat dengan mudah dikaitkan dengan banyaknya kasus penipuan, pencurian dan carding melalui Internet di Indonesia yang mencapai rangking terparah di dunia. Sementara perusahaan-perusahaan Internet lainnya semakin semarak dan di tahun 2003 menguasai hampir 45+ persen industri perangkat lunak & Internet di Indonesia dengan internet services sebagai bidang yang sangat di sukai. Sayang semua ini telah tiada dengan dihapusnya record database usaha Internet di yellow pages di tahun 2004. Dalam penelitian ini, saya tidak memfokuskan diri pada beberapa kategori penting seperti computer - peripheral & accessories, computer rental, computer personal - hardware - dealer / agents yang sebetulnya sangat banyak, dan juga computer training yang sebetulnya sangat menjamur di banyak kota Indonesia termasuk di luar jawa. Mari kita tela?ah lebih lanjut berbagai karakteristik yang dapat dilihat dari industri perangkat lunak yang berhasil di kumpulkan. Industri perangkat lunak Indonesia di dominasi oleh pekerjaan computer software, software dan programming consultants. Kecenderungan jumlah perusahaan-perusahaan ini terus meningkat sekitar 10% setiap tahun, di tahun 2002 kategori ini mendominasi hanya sekitar 57 persen total perusahaan yang ada, sedang di tahun 2005 telah mencapai 72 persen dari total. Jika kita memperhatikan perkembangan dunia usaha perangkat lunak di luar Jakarta, sebetulnya Bandung di tahun 2002 merupakan kota yang paling mendominasi jenis usaha ini. Hal ini mungkin dapat di mengerti dengan adanya Institut Teknologi Bandung (ITB) yang banyak mempengaruhi masyarakat Bandung dalam berusaha di bidang teknologi informasi. Tetapi posisi Bandung di geser oleh Surabaya di tahun 2003 hingga hari ini. Kota lain yang menyusul di bawah Bandung adalah Semarang, Jogyakarta dan terakhir adalah Medan. Medan menunjukan tanda kehidupan baru di tahun 2004 dengan sekitar 20-an perusahaan. Terkadang kita berfikir bahwa desentralisasi dan otonomi daerah merupakan solusi bagi perkembangan ekonomi & dunia usaha di wilayah luar Jakarta. Sayang sekali, kenyataan di lapangan tampaknya menunjukan keberadaan birokrat dan otonomi daerah justru mematikan banyak usaha teknologi informasi, seperti retribusi warnet, retribusi tower, perijinan frekuensi 2.4GHz dll. Tampaknya perjuangan para pengusaha di daerah akan menjadi panjang, karena para birokrat dan PEMDA / PEMKOT yang banyak madatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), tapi bukan memberdayakan usaha / ekonomi daerahnya. Tentunya semua perkembangan ini tidak lepas dari proses pembinaan sumber daya manusia Indonesia khususnya di bidang teknologi informasi. Terus terang, jika kita melakukan survey acak terhadap banyak lulusan berbagai perguruan tinggi jurusan teknik informatika atau teknik komputer, jawaban yang akan di peroleh sebetulnya sangat menyedihkan. Ternyata ilmu yang diperoleh di perguruan tinggi, di sekolah sebagian besar tidak bermanfaat di dunia kerja bidang teknologi informasi. Saya yakin bahwa sebagian besar para pekerja teknologi informasi di Indonesia akan menjawab bahwa ilmu yang digunakan di dunia kerja sebagian besar diperoleh sendiri melalui belajar secara mandiri, melalui diskusi dengan teman maupun melalui berbagai mailing list di Internet. Keberadaan pendidikan informal ini, sangat mudah terdeteksi di Internet melalui berbagai mailing list pembelajaran seperti ilmukomputer@yahoogroups.com, ilmukomputer-networking@yahoogroups.com, majalahneotek@yahoogroups.com, tanya-jawab@linux.or.id dan jasakom-perjuangan@yahoogroups.com. Salah satu yang paling dominan adalah mailing list jasakom-perjuangan@yahoogroups.com. Jasakom-perjuangan merupakan mailing list yang di dominasi oleh para hacker dan network security yang beranggotakan 5200+ anggota dengan traffic pada awal 2005 ini mendekati 1500 e-mail / bulan, artinya sekitar 40+ e-mail / hari, sebuah jumlah traffic yang sangat tinggi untuk sebuah mailing list. Beberapa pentolan dari jasakom-perjuangan telah banyak kita kenal seperti Xnuxer, S?to dll. Terus terang, harus di akui bahwa keberadaan tempat-tempat diskusi seperti ini yang banyak berkiprah dalam membentuk SDM bidang teknologi informasi Indonesia yang handal dan dapat menembus dunia IT internasional, sayangnya semua harus dilakukan tanpa bantuan pemerintah. Semoga tulisan singkat ini dapat bermanfaat dalam memberikan gambaran peta usaha dan industri perangkat lunak dan internet di Indonesia. Semoga dapat membuka hati para birokrat untuk lebih memberdayakan para pengusaha di daerah, bukan mematikannya.